Rabu, 29 Mei 2013

Puisi Luka

Luka

by : Y Inggita S K

Ku biarkan semua mengalir
Terhajut dalam goresan luka
Hilang
Dan tak ada lagi harapan
Kau lewatkan setitik pena
Kau hilangkan harapan asa
Lewat deraian air mata
Derasnya sayatan luka
Telah kau torehkan dalam jiwa
Merpati pun tak akan sanggup
Mengantarkan untaian setiap derita

Kau
Tinggalkan titik jernih dalam senja
Kini ku tak kan hadir menyapa
Cinta yang dulu membara
Kini tinggal serpihan luka
Luka yang amat dalam

Dan kau
Hanya buih air laut senja

Yang tak akan nampak kala langit terpejam

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA

Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan.

Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan.
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut
1.       Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus
1)       Cincin emas yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
2)       Seperangkat busana putri bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
3)       Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
4)       Makanan tradisional terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
5)       Buah-buahan bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
6)       Daun sirih Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2.       Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3.       Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4.       Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1.      Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2.      Kumbakarnan
1)      Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
2)      pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
3)      adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
4)      mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
5)      pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan.
3.      Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab.

Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :

1.      Pasang tratag dan tarub

Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri khas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan. Tata cara memasang tarub adalah, bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan bleketepe(anyaman dari daun kelapa).
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
* Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
* Dua janjang kelapa gading (cengkir gading, Jawa)
* Dua untai padi yang sudah tua.
* Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
* Daun beringin secukupnya.
* Daun dadap srep.
2.      Kembar mayang

Berasal dari kata kembar artinya sama dan œmayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang adalah : a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya. c. Janur kuning, ± 4 pelepah. d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong. e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya. f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih. g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
3.      Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
a)      Janur Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa.
b)      Daun kluwih Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
c)      Daun beringin dan ranting-rantingnya Diambil dari kata œinginâ, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d)     Daun dadap serep Berasal dari suku kata œrep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun.
e)      Seuntai padi (pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f)       Cengkir gadhing Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g)      Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja) Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h)      Tebu wulung watangan (batang tebu hitam) Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i)        Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas) Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j)        Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor) Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
4.      Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut : - calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya. - calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman. - calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk. - yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon.
Bahan-bahan untuk upacara siraman :
o   Kembang setaman secukupnya
o   Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras      kencur yang dikasih pewarna)
o   Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
o   Kendi atai klenting
o   Tikar ukuran ½ meter persegi
o   Mori putih ½ meter persegi
o   Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
o   Dlingo bengle
o   Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
o   Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
o   Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
o   Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
o   Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
o   Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
·         Tumpeng robyong
·         Tumpeng gundul
·         Nasi asrep-asrepan
·         Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
·         Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
·         1 butir telor ayam mentah
·         Juplak diisi minyak kelapa
·         1 butir kelapa hijau tanpa sabut
·         Gula jawa 1 tangkep
·         1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu (Jawa) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan.

5.      Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.




6.      Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata œwidodareni (bidadari), lalu menjadi œmidodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
§  Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
§  Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)
§  Sepasang klemuk (periuk) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
§  Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep (tulang daun/tangkai daun), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
§  Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :

    * Nasi gurih
    * Sepasang ayam yang dimasak lembaran (ingkung, Jawa)
    * Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
    * Krecek
    * Roti tawar, gula jawa
    * Kopi pahit dan teh pahit
    * Rujak degan
    * Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (jaman dulu)

Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

Babak V (Tahap Puncak Acara)
1.      Ijab qobul

Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
2.      Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
1)      Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
2)      Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
3)      Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

4)      Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
5)      Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
6)      Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
7)      Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
8)      Sindur Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
·         Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
·         Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya. k. Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna : - tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup. - tumpeng puput : berani mandiri. - tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita. - tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua. - tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil. - tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa. - tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. - tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua. - tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3.      Sungkeman

Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.

Seiring berkembangnya jaman, prosesi-prosesi dalam rangkaian pernikahan tersebut tidak semua dilakukan. Acara midodareni sekarang tidak semua melaksanakan acara tersebut. Hanya orang-orang desa atau  yang masih kuno yang melakukan acara  tersebut.  Orang modern biasanya  orang kota  hanya  melengkapai simbil-. Contoh lain misalnya siraman, saat ini tidak semua orang yang memiliki hajat pernikahan melaksanaan prosesi siraman. Biasanya di kalangan keraton seperti keraton surakarta atau jogja atau yang mampu saja yang melaksanakan prosesi tersebut. Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin juga bisa memakai uang logam yang dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan benang. Bahkan disaat modern ini prosesi-prosesi tersebut tidak sepenuhnya dilakukan hanya yang masih sangat terlihat saat ini adalah prosesi sungkeman. Jaman sekarang masyarakat indonesia khususnya jawa banyak yang mengikuti budaya asing.
Dampak negatif yang ditimbulkan :
1.      Semakin lunturnya kebudayaan yang kita miliki
2.      Semakin banyak yang tidak mengetahui adat dan prosesi pernikahan yang sejak dulu ada.
3.      Anak dan cucu tidak dapat menikmati kebudayaan yang diwariskan nenek moyang.
4.      Terkikisnya rasa cinta akan budaya jawa.
Dampak positif yang ditimbulkan :
1.      Dari segi biaya : tidak banyak biaya yang dikeluarkan untuk melengkapi keperluan melakukan prosesi
2.      Dari segi waktu : tidak memerlukan banyak waktu
3.      Pengantin atau yang memiliki hajat tidak mengeluarkan banyak tenaga

Komentar dan Saran
Masyarakat sekarang ini kurang peduli akan kelestarian budaya. Meraka lebih bangga akan kebudayaan asing yang masuk ke negara kita. Seharusnya kita sebangai generasi penerus kebudayaan harus tetap melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan olaeh leluhur kita agar tidak hilang begitu saja.



SUMBER

Rabu, 29 Mei 2013

Puisi Luka

Luka

by : Y Inggita S K

Ku biarkan semua mengalir
Terhajut dalam goresan luka
Hilang
Dan tak ada lagi harapan
Kau lewatkan setitik pena
Kau hilangkan harapan asa
Lewat deraian air mata
Derasnya sayatan luka
Telah kau torehkan dalam jiwa
Merpati pun tak akan sanggup
Mengantarkan untaian setiap derita

Kau
Tinggalkan titik jernih dalam senja
Kini ku tak kan hadir menyapa
Cinta yang dulu membara
Kini tinggal serpihan luka
Luka yang amat dalam

Dan kau
Hanya buih air laut senja

Yang tak akan nampak kala langit terpejam

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA

PERKEMBANGAN PERNIKAHAN ADAT JAWA

Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan.

Babak I (Tahap Pembicaraan)
Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan.
Babak II (Tahap Kesaksian)
Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut
1.       Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus
1)       Cincin emas yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
2)       Seperangkat busana putri bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia terhadap orang lain.
3)       Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
4)       Makanan tradisional terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak, menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
5)       Buah-buahan bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
6)       Daun sirih Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus mengorbankan perbedaan.
2.       Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3.       Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4.       Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli dalam perhitungan Jawa.
Babak III (Tahap Siaga)
Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1.      Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2.      Kumbakarnan
1)      Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan cara :
2)      pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara, keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
3)      adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
4)      mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
5)      pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya pembuatan undangan.
3.      Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu, dengan cara ijab.

Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)
Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :

1.      Pasang tratag dan tarub

Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri khas tarub adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni, dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan. Tata cara memasang tarub adalah, bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan bleketepe(anyaman dari daun kelapa).
Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :
* Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
* Dua janjang kelapa gading (cengkir gading, Jawa)
* Dua untai padi yang sudah tua.
* Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
* Daun beringin secukupnya.
* Daun dadap srep.
2.      Kembar mayang

Berasal dari kata kembar artinya sama dan œmayang artinya bunga pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk kembar mayang adalah : a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat dari kuningan. b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya. c. Janur kuning, ± 4 pelepah. d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya, daun apa-apa, daun girang dan daun andong. e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya. f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih. g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak terguling dan air tidak tumpah.
3.      Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin. Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing mempunyai makna :
a)      Janur Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari Yang Maha Kuasa.
b)      Daun kluwih Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.
c)      Daun beringin dan ranting-rantingnya Diambil dari kata œinginâ, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d)     Daun dadap serep Berasal dari suku kata œrep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang tidak ada gangguan apa pun.
e)      Seuntai padi (pari sewuli) Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya, dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f)       Cengkir gadhing Air kelapa muda (banyu degan), adalah air suci bersih, dengan lambang ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g)      Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja) Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta, mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h)      Tebu wulung watangan (batang tebu hitam) Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i)        Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas) Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j)        Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam bokor) Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga di taman.
4.      Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah sebagai berikut : - calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya. - calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman. - calon pengatin disiram oleh pinisepuh, orangtuanya dan beberapa wakil yang ditunjuk. - yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata Niat ingsun ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon.
Bahan-bahan untuk upacara siraman :
o   Kembang setaman secukupnya
o   Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras      kencur yang dikasih pewarna)
o   Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
o   Kendi atai klenting
o   Tikar ukuran ½ meter persegi
o   Mori putih ½ meter persegi
o   Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
o   Dlingo bengle
o   Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
o   Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
o   Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
o   Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
o   Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
o   Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
·         Tumpeng robyong
·         Tumpeng gundul
·         Nasi asrep-asrepan
·         Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
·         Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
·         1 butir telor ayam mentah
·         Juplak diisi minyak kelapa
·         1 butir kelapa hijau tanpa sabut
·         Gula jawa 1 tangkep
·         1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu (Jawa) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan.

5.      Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu dan rezeki yang datang.




6.      Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal dari kata œwidodareni (bidadari), lalu menjadi œmidodareni yang berarti membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
§  Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:
§  Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)
§  Sepasang klemuk (periuk) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
§  Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep (tulang daun/tangkai daun), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
§  Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :

    * Nasi gurih
    * Sepasang ayam yang dimasak lembaran (ingkung, Jawa)
    * Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
    * Krecek
    * Roti tawar, gula jawa
    * Kopi pahit dan teh pahit
    * Rujak degan
    * Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (jaman dulu)

Upacara Langkahan
Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

Babak V (Tahap Puncak Acara)
1.      Ijab qobul

Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.
2.      Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
1)      Liron kembar mayang Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.
2)      Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.
3)      Ngidak endhog Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.

4)      Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
5)      Minum air degan Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani (manikem).
6)      Di-kepyok dengan bunga warna-warni Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
7)      Masuk ke pasangan Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.
8)      Sindur Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
·         Timbangan Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing pengantin sudah seimbang.
·         Kacar-kucur Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarganya. k. Dulangan Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang bermakna : - tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang memberi hidup. - tumpeng puput : berani mandiri. - tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita. - tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua. - tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil. - tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang Maha Esa. - tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada yang abadi. - tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua. - tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3.      Sungkeman

Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.

Seiring berkembangnya jaman, prosesi-prosesi dalam rangkaian pernikahan tersebut tidak semua dilakukan. Acara midodareni sekarang tidak semua melaksanakan acara tersebut. Hanya orang-orang desa atau  yang masih kuno yang melakukan acara  tersebut.  Orang modern biasanya  orang kota  hanya  melengkapai simbil-. Contoh lain misalnya siraman, saat ini tidak semua orang yang memiliki hajat pernikahan melaksanaan prosesi siraman. Biasanya di kalangan keraton seperti keraton surakarta atau jogja atau yang mampu saja yang melaksanakan prosesi tersebut. Gantal Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar oleh masing-masing pengantin juga bisa memakai uang logam yang dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan benang. Bahkan disaat modern ini prosesi-prosesi tersebut tidak sepenuhnya dilakukan hanya yang masih sangat terlihat saat ini adalah prosesi sungkeman. Jaman sekarang masyarakat indonesia khususnya jawa banyak yang mengikuti budaya asing.
Dampak negatif yang ditimbulkan :
1.      Semakin lunturnya kebudayaan yang kita miliki
2.      Semakin banyak yang tidak mengetahui adat dan prosesi pernikahan yang sejak dulu ada.
3.      Anak dan cucu tidak dapat menikmati kebudayaan yang diwariskan nenek moyang.
4.      Terkikisnya rasa cinta akan budaya jawa.
Dampak positif yang ditimbulkan :
1.      Dari segi biaya : tidak banyak biaya yang dikeluarkan untuk melengkapi keperluan melakukan prosesi
2.      Dari segi waktu : tidak memerlukan banyak waktu
3.      Pengantin atau yang memiliki hajat tidak mengeluarkan banyak tenaga

Komentar dan Saran
Masyarakat sekarang ini kurang peduli akan kelestarian budaya. Meraka lebih bangga akan kebudayaan asing yang masuk ke negara kita. Seharusnya kita sebangai generasi penerus kebudayaan harus tetap melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan olaeh leluhur kita agar tidak hilang begitu saja.



SUMBER